Persaingan Kerja Bukan Akhir: Strategi Karier yang Harus Kamu Coba
Persaingan Kerja Bukan Akhir: Strategi Karier yang Harus Kamu Coba
May 20, 2025 | Author: Mandara School of Law & Public Policy | Reading time: 5 minutes
Daftar Isi
Mengungkap Akar Permasalahan Pengangguran di Indonesia
Tantangan Utama dalam Mendapat Pekerjaan dan Meraih Promosi
2.1. Keterampilan yang kurang sesuai kebutuhan industri
2.2. Sulit menunjukkan bukti kompetensi nyata
2.3. Kurangnya wawasan soal peluang karier
Cara Ampuh Membangun Karier
3.1. Kenali diri dan tetapkan tujuan karier
3.2. Bangun & perluas jaringan profesional
3.3. Asah keterampilan yang paling dibutuhkan
Mengungkap Akar Permasalahan Pengangguran di Indonesia
Pernah bertanya kenapa banyak fresh graduate kesulitan cari kerja?
Survei Angkatan Kerja Nasional Badan Pusat Statistik Indonesia menunjukkan bahwa lulusan perguruan tinggi menjadi salah satu kelompok dengan tingkat pengangguran terbuka tertinggi, bahkan dengan persentase yang lebih besar daripada lulusan diploma.[1] Menteri Ketenagakerjaan Indonesia, Yassierli, menyoroti bahwa salah satu penyebabnya adalah kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki lulusan dan tuntutan industri—mendorong kebutuhan akan akses upskilling dan reskilling yang mudah.[2]
Tantangan Utama dalam Mendapat Pekerjaan dan Meraih Promosi
Survei Populix mengenai tantangan Gen Z memasuki dunia kerja mengungkap beberapa temuan unik.[3] Tiga penyebab terbesar permasalahan ini meliputi, pertama, syarat pengalaman yang dibutuhkan terlalu tinggi. Kedua, persaingan di dunia kerja sangat ketat. Ketiga, kurangnya koneksi atau jejaring yang dimiliki. Padahal, Gen Z dikenal sebagai generasi yang ambisius dengan kemudahan akses informasi—lalu, mengapa tiga kendala ini masih terus menghalangi langkah mereka?
Keterampilan yang kurang sesuai kebutuhan industri
Temuan riset Tushar dan Sooraksa mengenai keterampilan kerja (employability skills) global di tempat kerja abad ke-21 patut menjadi atensi. Berdasarkan penelitian tersebut, terdapat jurang yang signifikan antara kompetensi yang dimiliki para lulusan dengan ekspektasi industri.[4] Lebih mengkhawatirkan, kesenjangan ini diperkirakan akan kian melebar seiring tuntutan perusahaan untuk menguasai teknologi dan metode kerja terbaru.
Sulit menunjukkan bukti kompetensi nyata
Seringkali, kesulitan melamar kerja atau meraih promosi berakar pada lemahnya portofolio profesional—para pencari kerja kurang mampu mempresentasikan hasil konkret yang pernah mereka capai. Dilansir dari Tempo.co, Head of Human Capital PT Praweda Ciptakarsa Informatika, Alfeus Nehemia, menegaskan bahwa perusahaan tidak cukup melihat reputasi almamater; mereka membutuhkan bukti nyata kompetensi praktis.[5] Tanpa dokumentasi proyek, studi kasus, atau portofolio yang menunjukkan kemampuan, lulusan baru akan sulit meyakinkan perekrut bahwa mereka siap bekerja.
Kurangnya wawasan soal peluang karier
Melengkapi analisis dari dua permasalahan sebelumnya, informasi dan pengetahuan yang relevan terkait pengembangan karier secara esensial membantu para lulusan mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk keberhasilan pencarian kerja.[6] Lulusan yang tidak memahami opsi profesi dan langkah-langkah pengembangan karier cenderung kesulitan menentukan keahlian spesifik apa yang perlu diasah. Sebaliknya, mereka yang proaktif memanfaatkan seminar, mentorship, dan sumber informasi lainnya dapat merumuskan strategi belajar dan pencarian kerja dengan lebih terarah.
3 Cara Ampuh Membangun Karier
Lantas, bagaimana cara lulusan baru atau calon lulusan mengatasi tiga kendala utama di atas? Berikut langkah-langkah praktis yang bisa langsung diterapkan:
Kenali diri & tetapkan tujuan karier
Refleksi diri—misalnya melalui analisis SWOT sederhana—membantu menentukan kekuatan dan minat, sekaligus memudahkan personal branding di mata perekrut. Dengan tujuan yang jelas, langkah pengembangan karier menjadi lebih fokus
Bangun & perluas jejaring profesional
Jejaring bukan sekadar ‘orang dalam’, melainkan sumber informasi lowongan tersembunyi dan peluang magang/kolaborasi. Mulai dari platform profesional seperti LinkedIn hingga melalui event profesional—setiap perkenalan bisa membuka pintu baru.
Asah keterampilan yang paling dibutuhkan
Di sinilah peran kursus praktis menjadi krusial. Dengan materi yang langsung terkurasi sesuai kebutuhan industri, kamu bisa:
Hemat waktu: fokus pada topik-topik high-impact tanpa harus mengikuti mata kuliah umum.
Belajar lewat praktik: simulasi proyek riil dan studi kasus memastikan kamu punya portofolio konkret.
Dapat umpan balik ahli: praktisi berpengalaman memberikan insight yang mungkin tidak diajarkan di bangku kuliah.
Menghubungkan dengan Solusi Praktis Kami
Mandara SLPP dirancang untuk menjembatani kesenjangan itu:
Kurikulum terfokus — menyesuaikan kebutuhan industri yang relevan.
Latihan langsung & feedback real-time — membuat kamu siap terjun ke proyek nyata.
Bimbingan praktisi — memastikan setiap modul berakhir dengan portofolio yang bisa dipamerkan saat wawancara.
Dengan pendekatan ini, kamu tidak hanya menambah sertifikat, tapi juga pengalaman nyata yang terbukti meningkatkan peluang diterima dan dipromosikan. Mulailak perjalanan kariermu dengan langkah yang tepat—belajar materi relevan, bangun jejaring, dan tunjukkan kompetensimu melalui hasil kerja nyata.
Referensi
[1] Badan Pusat Statistik. “Tingkat Pengangguran Terbuka Berdasarkan Tingkat Pendidikan, 2024.” Survei Angkatan Kerja Nasional. https://www.bps.go.id/id/statistics-table/2/MTE3OSMy/tingkat-pengangguran-terbuka-berdasarkan-tingkat-pendidikan.html, diakses 30 April 2025.
[2] Marwah, Hanin & Lavenia Y, Anastasya. “Menaker Yassierli: Ada 3 Juta Pengangguran Lulusan SMA dan SMK.” Tempo. https://www.tempo.co/politik/menaker-yassierli-ada-3-juta-pengangguran-lulusan-sma-dan-smk-1223595, diakses 30 April 2025.
[3] Sugiarti, Ucy. “Tagar ‘Desperate’ Ramai di LinkedIn, Gen Z Kesulitan Cari Kerja.” (2024). GoodStats. https://goodstats.id/article/tagar-desperate-ramai-di-linkedin-kesulitan-gen-z-mencari-kerja-bNzcJ, diakses 30 April 2025.
[4] Tushar, Hasanuzzaman, and Nanta Sooraksa. "Global employability skills in the 21st century workplace: A semi-systematic literature review." Heliyon 9, no. 11 (2023): 2. https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2023.e21023.
[5] Dwi, Andika. “Mengapa Fresh Graduate Susah Dapat Kerja? Ini Alasannya.” Tempo.co, (2023). https://www.tempo.co/politik/mengapa-fresh-graduate-susah-dapat-kerja-ini-alasannya--119706, diakses pada 30 April 2025.
[6] Tohari, Diyah Rachmawati. "Comparison of Indonesian students’ experiences in Japan and Indonesia: understanding global governance and self-efficacy in work readiness." Journal of Contemporary East Asia Studies (2025): 16. https://doi.org/10.1080/24761028.2025.2471125